NTP Provinsi Lampung Oktober 2009 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar 116,25 untuk Subsektor
Padi & Palawija (NTP-P), 95,31 untuk Subsektor Hortikultura
(NTP-H), 109,46 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr),
105,70 untuk Subsektor Peternakan (NTP-Pt) dan 115,26 untuk Subsektor
Perikanan (NTP-Pi). Sedangkan NTP Provinsi/Gabungan tercatat sebesar
110,01, yang mengalami kenaikan 0,45 persen bila dibandingkan dengan
bulan sebelumnya, yaitu sebesar 109,52.
Kenaikan NTP sebesar 0,45 persen tersebut terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar
0,71 persen, lebih besar dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani
yang mengalami kenaikan sebesar 0,26 persen. Kenaikan NTP Provinsi
Lampung disebabkan oleh naiknya harga komoditas yang cukup tinggi pada
sub sektor tanaman perkebunan rakyat.
Bila NTP per subsektor bulan Oktober 2009 dibandingkan dengan September 2009, terlihat bahwa dua dari
lima subsektor NTP mengalami kenaikan, yaitu subsektor tanaman pangan
(0,57%) dan tanaman perkebunan rakyat (2,01%). Sementara dua subsektor
mengalami penurunan yaitu sub sektor tanaman hortikultura dan subsektor
peternakan yang masing-masing turun sebesar 0,91% dan 0,39% sedangkan
subsektor perikanan tidak mengalami perubahan.
Dari 32 Provinsi yang dilaporkan pada Oktober 2009, sebanyak 19 provinsi mengalami kenaikan indeks dan
13 provinsi mengalami penurunan indeks. Kenaikan tertinggi NTP Oktober
2009 terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 1,05 persen,
karena terjadinya deflasi sebesar 0.37 persen sementara harga yang
diterima petani naik sebesar 0,79 persen. Sementara itu, penurunan NTP
terbesar terjadi di Sumatera Barat yang turun sebesar 1,12 persen,
karena terjadi inflasi yang cukup tinggi di Sumatera Barat sebesar 1,20
persen sementara harga yang diterima petani justru turun sebesar 0,20
persen.
Pada Oktober 2009, masih terjadi inflasi di daerah pedesaan di Provinsi Lampung sebesar 0,34 persen meskipun
lebaran telah usai. Hal ini tidak sejalan dengan yang terjadi di Kota
Bandar lampung karena pada bulan Oktober terjadi deflasi sebesar 0,23
persen. Inflasi di daerah pedesaan disebabkan oleh naiknya indeks harga
di tiga kelompok pengeluaran petani yaitu: bahan makanan (0,53%),
makanan jadi (0,09%), serta perumahan (0,45%). Sementara itu, empat
kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks, yaitu kelompok
sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga dan transportasi
& komunikasi.