Memasuki bulan September 2009 sebagian besar komoditi di Kota Bandar Lampung mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi sehingga mendorong terjadinya inflasi. Adapun kelompok yang memberikan andil yang paling dominan terhadap pembentukan inflasi adalah kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh tingginya permintaan konsumen terhadap komoditi-komoditi pada kelompok ini seiring dengan datangnya bulan Ramadhan dan persiapan menyambut hari raya idul fitri 1430 H. Selain di kelompok bahan makanan, komoditi-komoditi di kelompok sandang, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan dan transpor dan komunikasi juga mengalami kenaikan harga. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan komoditi-komoditi tersebut. Secara umum kenaikan harga berbagai komoditi ini memicu inflasi di Kota Bandar Lampung pada bulan September 2009 sebesar 2,66 persen. Inflasi di Kota Bandar Lampung ini merupakan peringkat pertama dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Secara keseluruhan sebanyak 63 kota mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi di Sorong sebesar 0,98 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK) inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks dilima kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 7,22 persen, sandang 2,27 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,63 persen, perumahan 1,04 persen serta transpor dan komunikasi sebesar 0,07 persen. Sementara kelompok jasa kesehatan dan pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil terjadinya inflasi diantaranya adalah cabe merah, tempe, gula pasir, bawang putih, sewa rumah, daging sapi, rokok kretek filter, ikan tongkol, ikan kembung/gembung, dan daging ayam ras. Hingga bulan September 2009 ini laju inflasi Kota Bandar Lampung berdasarkan tahun kalender sebesar 4,45 persen dan inflasi “year on year” (September 2009 terhadap September 2008) sebesar 5,22 persen.