Dampak
krisis global yang saat ini masih dirasakan oleh sebagian besar
masyarakat di Indonesia diantaranya adalah banyaknya PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) dan menurunnya produktivitas dunia usaha sehingga
mengakibatkan turunnya permintaan terhadap barang dan jasa. Turunnya
harga BBM pada bulan Desember 2008 yang lalu meskipun belum banyak
berpengaruh terhadap turunnya harga barang dan jasa yang lain namun
telah memberikan andil yang cukup besar dalam menahan laju inflasi,
dimana meskipun sebagian produk mengalami inflasi namun sebagian yang
lain mengalami deflasi sehingga inflasi yang terjadi relatif rendah
yaitu sebesar 0,03 persen. Dari 66 kota yang diamati perkembangan
harganya 39 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 1,68 persen dan deflasi
terendah terjadi di Ambon sebesar 1,84 persen. Inflasi Bandar Lampung
menempati urutan ke 36 dengan inflasi sebesar 0,03 persen.
Inflasi
terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan
indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut: kelompok
bahan makanan sebesar 0,69 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok
& tembakau 1,22 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas &
bahan bakar 0,20 persen, kelompok sandang 1,91 persen dan kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,48 persen. Adapun kelompok jasa
kesehatan dan kelompok transpor mengalami deflasi masing-masing sebesar
0,70 persen dan 3,19 persen.
Beberapa
komoditi yang memberikan andil terjadinya inflasi diantaranya adalah
cabe merah, rokok kretek filter, air kemasan, upah pembantu rumahtangga,
ikan kembung, kontrak rumah, tarif air minum pikulan, emas perhiasan,
batu bata dan pepaya. Laju inflasi Kota Bandar Lampung tahun kalender
(Januari-Desember) 2008 dan laju inflasi "year on year" (Desember 2008
terhadap Desember 2007) sebesar 14,82 persen. Adapun secara nasional
pada bulan Desember 2008 mengalami deflasi sebesar 0,04 persen, inflasi
kalender (Januari-Desember 2008) dan "year on yea,' sebesar 11,06
persen.